Macam-macam Citraan dalam Puisi
1. Citraan
Penglihatan
Citra penglihatan adalah citraan dalam puisi yang dapat
merangsang pembaca untuk seolah-olah melihat apa yang dilihat oleh penyair.
Citraan penglihatan merupakan citaan yang paling banyak ditemukan dalam puisi.
Hal ini dikarenakan berkaitan dengan penglihatan mata. Rangsangan yang
diberikan oleh citraan penglihatan dapat membawa pembaca ke ruang imajinasi
yang seolah-olah nyata. Perhatikan penggalan puisi berikut ini
Beri
Daku Sumba
(Oleh : Taufik Ismail)
Rinduku
pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari membusur api di atas sana Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga
Tanah
rumput, topi rumput dan jerami bekas rumput
Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala Berdirilah di pesisir, matahari ‘kan terbit dari laut Dan angin zat asam panas dikipas dari sana |
2. Citraan
Pendengaran
Citra penglihatan adalah citraan dalam puisi yang merangsang
pembaca dengan cara mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan indera
pendengaran seperti bunyi-bunyi tertentu. Citra pendengaran merupakan salah
satu citra yang sering digunakan dalam puisi. Cara penyair menyampaikan citra
pendengaran yaitu dengan mengurai/mendeskripsikan suara-suara yang seolah
pembaca mendengarkan peristiwa dalam puisi secara langsung. Penyair yang sering
menggunakan citraan pendengaran biasa disebut penyair Auditit/Auditif.
Perhatikan citraan pendengaran berikut ini.
Rintihan
Pengemis Tua
(Oleh : Abdul Malik)Brakk… Seketika itu sang pemgemis jatuh Tertabrak seorang pejalan kaki yang diduga preman Terdiam dan melemah… Pengemis itu hanya bisa pasrah Uang receh di botol plastiknya habis terjarah |
3. Citraan
Perabaan
Citra perabaan adalah citraan dalam puis yang dapat merangsang
pembaca yang seolah-olah dapat meraba sesuatu yang di deskripsikan penyair
dalam puisi. Citra perabaan identik dengan citra gerak karena kita seperti
dapat meraba dan merasakan langsung apa yang disampaikan penyair dalam puisi.
Perhatikan penggalan puisi berikut ini.
Kepada
Ibu Aku Merindu
(Oleh : Abdul Malik)Saat masa-masa kecil dulu Aku selalu menantikan saat-saat bersama ibu Dimana aku tertidur di balai bambu Tangan ibu mengusap wajahku Kala aku tersedu Kepada ibu aku merindu |
4. Citraan
Gerak
Citra gerak adalah citraan dalam puisi yang berkaitan dengan
anggota gerak manusia. Penyair yang menyatakan maksud dengan citra gerak biasanya
dapat menggiring pembaca yang seolah-olah menimbulkan kesan bergerak, padahal
yang digambarkan bergerak sebenarnya tidak bergerak. Perhatikan penggalan puisi
berikut ini
Pendaki
Api Merapi
(Oleh : Abdul Malik)Langkahnya cepat seperti terburu waktu Tangannya mengepal dan memukul-mukul ke dadanya Sembari bernyanyi.. Pemuda itu berkobar menuju api |
5. Citraan
Penciuman
Citra penciuman adalah citraan dalam puisi yang berkaitan dengan
indera pembau. Citra penciuman cukup jarang digunakan oleh penyair, karena
untuk menciptakan citra penciuman cukup sulit bagi penyair untuk mendapatkan
efek seperti nyata. Akan tetapi jika berhasil menerapkan citra penciuman dalam
puisinya, maka puisi tersebut memiliki keistimewaan tersendiri. Perhatikan
penggalan puisi berikut ini.
Melatiku
(Oleh : Abdul Malik)Semerbak harummu menyentuh hingga ke kalbu Dimana aku tertatih untuk menunggu hadirmu Bagaimana mungkin aku membisu? Jika wangimu masih meradang dalam rindu |
6. Citraan
Pengecap
Cita pengecap adalah citraan yang digunakan dalam puisi yang
berkaitan dengan indera pengecap. Citraan ini cukuo jarang digunakan oleh
penyair dalam menciptakan puisi. Penerapan citraan pengecap dapat memberikan
kesan kepada pembaca yang seolah olah dapat merasakan dengan indera pengecapnya
tentang apa yang disampaikan oleh penyair melalui karya puisinya.
Secangkir
Kopi dan Kenangan
(Oleh : Abdul Malik)Sepahit kopi yang pernah ku rasakan Jauh lebih pahit ketika kau memutuskan untuk pergi Meninggalkan segala mimpi-mipi kita Dimana pekatnya masih melekat dalam hati Kau pun enggan untuk berbicara Aku disini masih meronta dalam sepi |
Pengertian Diksi
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia katang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata itu.
Contoh:
Nenekku mampus tadi
pagi (tidak tepat)
Nenekku meninggal dunia tadi pagi (tepat)
Nenekku meninggal dunia tadi pagi (tepat)
Comments
Post a Comment