Pengertian pantun
Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak ab-ab.
Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan, namun sekarang banyak dijumpai pantun yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi.
Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali tentang alam (flora dan fauna), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud. Dua baris terakhir merupakan isi, dan tujuan dari pantun tersebut.
Struktur Pantun
Fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini dapat dipahami karena pantun merupakan sastra lisan.
Meskipun pada umumnya sampiran tak berhubungan dengan isi, terkadang bentuk sampiran membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun ini:
Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh
Perbedaan Pantun dan Syair
![]() |
Tabel: Perbedaan Pantun dan Puisi |
Contoh-contoh Pantun Terlengkap
Macam-macam Pantun
a. Pantun Adat
Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka
Bukan lebah sebarang lebah
Lebah bersarang di buku buluh
Bukan sembah sebarang sembah
Sembah bersarang jari sepuluh
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka
Bukan lebah sebarang lebah
Lebah bersarang di buku buluh
Bukan sembah sebarang sembah
Sembah bersarang jari sepuluh
b. Pantun Agama
Anak ayam turun sepuluh
Mati seekor tinggal sembilan
Bangun pagi sembahyang subuh
Minta ampun kepada Tuhan
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat dipintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
Mati seekor tinggal sembilan
Bangun pagi sembahyang subuh
Minta ampun kepada Tuhan
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat dipintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
c. Pantun Budi Pekerti
Apa guna berkain batik
Kalau tidak dengan sujinya
Apa guna beristri cantik
Kalau tidak dengan budinya
Anak angsa mati lemas
Mati lemas di air masin
Hilang bahasa karena emas
Hilang budi karena miskin
Kalau tidak dengan sujinya
Apa guna beristri cantik
Kalau tidak dengan budinya
Anak angsa mati lemas
Mati lemas di air masin
Hilang bahasa karena emas
Hilang budi karena miskin
d. Pantun Jenaka
Orang Sasak pergi ke Bali
Membawa pelita semuanya
Berbisik pekak dengan tuli
Tertawa si buta melihatnya
Membawa pelita semuanya
Berbisik pekak dengan tuli
Tertawa si buta melihatnya
e. Pantun Kepahlawanan
Redup bintang hari pun subuh
Subuh tiba bintang tak nampak
Hidup pantang mencari musuh
Musuh tiba pantang ditolak
Esa elang kedua belalang
Takkan kayu berbatang jerami
Esa hilang dua terbilang
Takkan Melayu hilang di bumi
Subuh tiba bintang tak nampak
Hidup pantang mencari musuh
Musuh tiba pantang ditolak
Esa elang kedua belalang
Takkan kayu berbatang jerami
Esa hilang dua terbilang
Takkan Melayu hilang di bumi
f. Pantun Kias
Ayam sabung jangan dipaut
Jika ditambat kalah laganya
Asam di gunung ikan di laut
Dalam belanga bertemu juga
Berburu ke padang datar
Dapatkan rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
Bagaikan bunga kembang tak jadi
Jika ditambat kalah laganya
Asam di gunung ikan di laut
Dalam belanga bertemu juga
Berburu ke padang datar
Dapatkan rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
Bagaikan bunga kembang tak jadi
g. Pantun Nasihat
Kayu cendana di atas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
Kemuning di tengah balai
Bertumbuh terus semakin tinggi
Berunding dengan orang tak pandai
Bagaikan alu pencungkil duri
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
Kemuning di tengah balai
Bertumbuh terus semakin tinggi
Berunding dengan orang tak pandai
Bagaikan alu pencungkil duri
h. Pantun Percintaan
Ikan belanak hilir berenang
Burung dara membuat sarang
Makan tak enak tidur tak tenang
Hanya teringat dinda seorang
Anak kera di atas bukit
Dipanah oleh Indera Sakti
Dipandang muka senyum sedikit
Karena sama menaruh hati
Burung dara membuat sarang
Makan tak enak tidur tak tenang
Hanya teringat dinda seorang
Anak kera di atas bukit
Dipanah oleh Indera Sakti
Dipandang muka senyum sedikit
Karena sama menaruh hati
i. Pantun Peribahasa
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Harapkan untung menggamit
Kain di badan didedahkan
Harapkan guruh di langit
Air tempayan dicurahkan
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Harapkan untung menggamit
Kain di badan didedahkan
Harapkan guruh di langit
Air tempayan dicurahkan
j. Pantun Teka-teki
Kalau tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk di hidung?
Kalau tuan muda teruna
Pakai seluar dengan gayanya
Kalau tuan bijak laksana
Biji di luar apa buahnya
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk di hidung?
Kalau tuan muda teruna
Pakai seluar dengan gayanya
Kalau tuan bijak laksana
Biji di luar apa buahnya
Perbedaan Pantun dan Puisi
Meskipun pantun dan puisi sama-sama merupakan karya sastra, namun ada perbedaan di antara keduanya. Perbedaan tersebut sebagai berikut.
No
|
Pantun
|
Puisi
|
1
|
Setiap baitnya terdiri atas
baris-baris, misalnya pantun dua baris. |
Tidak terkait oleh baris-baris.
|
2
|
Terdapat jumlah suku kata dalam setiap
barisnya, yaitu antara delapan hingga sepuluh. |
Tidak ada batasan jumlah suku kata.
|
3
|
Terdapat dua bagian yaitu sampiran dan isi.
|
Tidak mengenal sampiran, keseluruhan
barisnya merupakan isi. |
4
|
Skema rima atau sajak dalam pantun adalah
a-a-b-b. |
Dalam puisi lama juga dikenal rima dan
sajak, tetapi dalam perkembangannya puisi modern lebih menganut asas kebebasan dalam bersajak. |
Merefleksi isi puisi
Merefleksi adalah mencerminkan kata atau ucapan seseorang. Merefleksi isi puisi ialah mencerminkan kata-kata yang terdapat dalam puisi. Dapat diartikan pula memahami makna puisi.
Makna atau isi puisi seringkali disampaikan secara tersirat dan bukan secara terangterangan. Terkadang seorang penyair menggunakan kata-kata simbolik atau ungkapan tertentu dalam menyampaikan isi atau pesan suatu puisi.
Hal ini membuat puisi terkadang sulit untuk dipahami. Akan tetapi, hal tersebut juga menjadikan puisi lebih indah. Bagi pecinta puisi, keindahan kata-kata dalam puisi dapat memunculkan perasaan atau emosi tertentu. Namun, puisi tidak harus selalu menggunakan kata-kata yang berbelit-belit.
Dalam memahami makna puisi diperlukan kejelian dan kecermatan dalam membaca kata-kata dalam puisi. Bahasa yang digunakan seringkali berbeda dengan bahasa seharihari dengan pemilihan kata yang tepat, tersusun indah serta bermakna kuat.
Perhatikan penggalan puisi berikut! Bacalah dengan sungguh-sungguh dan fahamilah tentang maksud ungkapannya!
- Bila cinta memanggilmu, ikutlah dia. Walaupun jalannya terjal penuh liku. Bila sayapnya merengkuhmu, pasrahlah. Walau pedang di sela sayap itu melukaimu. (Kahlil Gibran, “Bahasa Cinta”)
- Dalam kesunyian aku meratap, dalam keramaian aku mengeluh. Meratapi jalan terjal penuh liku. Kabut gelap mengusik jiwa letihku. Sunyi-sepi-aku bosan.
Meskipun terkadang isi puisi diungkapkan secara tersirat oleh pengarangnya, kamu dapat menduga atau menafsirkan isinya dengan melihat judul puisi.
Bacalah puisi berikut dan pahamilah tiap kata-katanya!
Mentari tajam menyentuh
Menjemput kalbu berpasrah mengeluh
Desah-resah-gelisah terengkuh
Luka mengoyak-rasa pun terbunuh
Mentari membelai angkuh
Sapanya lukiskan kemenangan gaduh
Sorak tawa terderai bergemuruh
Mengiris perih jiwa mengaduh
Mentari enggan menjauh
Memaksa bumi makin melepuh
Lara sanubari tak jua sembuh
Erang hati pilu menyeluruh
Menjemput kalbu berpasrah mengeluh
Desah-resah-gelisah terengkuh
Luka mengoyak-rasa pun terbunuh
Mentari membelai angkuh
Sapanya lukiskan kemenangan gaduh
Sorak tawa terderai bergemuruh
Mengiris perih jiwa mengaduh
Mentari enggan menjauh
Memaksa bumi makin melepuh
Lara sanubari tak jua sembuh
Erang hati pilu menyeluruh
Bernadeth “aya” Nasrani
Setelah kamu membacanya, bagaimana pendapatmu tentang isi puisi tersebut? Dapatkah kamu mengetahui isi atau pesan yang ada?
Pemakaian kata-kata dalam puisi berbeda dengan bahasa sehari-hari, sehingga mungkin kamu mengalami kesulitan dalam merefleksi isinya. Pemilihan dan penyusunan kata terdengar sangat indah.
Pengarang menggunakan suku kata -uh- pada setiap akhir baris sebagai penguat dalam puisi itu. Meskipun terlihat sulit dipahami, pengarang memberikan penjelasan maksud puisi pada baris akhir tiap bait. Dalam puisi tersebut, pengarang ingin menggambarkan tentang perasaan sakit hati yang mendalam dan tidak juga terobati.
Bacalah kembali dua baris terakhir puisi karya Bernadeth “aya” Nasrani dan akan kamu temukan kalimat yang menjelaskan isi puisi! Kalimat tersebut adalah
Lara sanubari tak jua sembuh
Erang hati pilu menyeluruh
Lara sanubari tak jua sembuh
Erang hati pilu menyeluruh
Perhatikan juga puisi berikut!
“Buku”
Memang hanya deretan aksara
Kadang gambar juga
Dan tak bermakna apa-apa
Jika hanya diletakkan di meja
Atau tertata di tempatnya
Tapi jika kita baca
Ia akan memberikan
Semua yang dimilikinya
Kadang gambar juga
Dan tak bermakna apa-apa
Jika hanya diletakkan di meja
Atau tertata di tempatnya
Tapi jika kita baca
Ia akan memberikan
Semua yang dimilikinya
Karsono H. Saputra (Kumpulan Puisi Anak-Anak)
Berbeda dengan puisi yang pertama, puisi berjudul “Buku” ini jelas sekali isinya. Puisi tersebut mengatakan bahwa buku akan menjadi berguna apabila dibaca sebab dengan membaca, kita akan memperoleh pengetahuan yang ada dalam buku tersebut.
Puisi tidak hanya bersumber dari pengalaman penyair atau orang lain. Puisi juga dapat berasal dari hasil pengamatan dan pemikiran penyair terhadap suatu hal. Dapat juga merupakan ungkapan perasaan penyair terhadap seorang atau sesuatu, misalnya rasa kagum, rasa cinta, rasa sedih, atau yang lainnya. Puisi-puisi berikut merupakan contoh.
![]() |
Oh, Guruku |
Oh, Guruku
pedih dan pedasnya jari
napas yang sesak akibat debu kapur
tak menyerahkan niat luhur
tak meluluhkan niat luhur
maju dan pesatnya ilmu pengetahuan
semua tumbuhkan hasrat mendidik
oh, guruku
kau laksana pelita dalam gulita
jasamu tak terbeli
entah kata apa yang pantas kuucap
sebagai tanda terima kasih
untaian kata indah
halusnya rajutan sutra
tak sebanding, tak cukup
‘tuk seorang pahlawan
tanpa tanda jasa sepertimu
napas yang sesak akibat debu kapur
tak menyerahkan niat luhur
tak meluluhkan niat luhur
maju dan pesatnya ilmu pengetahuan
semua tumbuhkan hasrat mendidik
oh, guruku
kau laksana pelita dalam gulita
jasamu tak terbeli
entah kata apa yang pantas kuucap
sebagai tanda terima kasih
untaian kata indah
halusnya rajutan sutra
tak sebanding, tak cukup
‘tuk seorang pahlawan
tanpa tanda jasa sepertimu
Eni Nuraini (Republika, Minggu 20 Maret 1994)
***
Penjual Sayur…
Aku tahu kau sangat lelah
Bekerja dari pagi sampai petang
Tanpa kenal waktu
Ketika mentari terbenam
Kau tinggalkan pasar
Dengan buah tangan
Kau bawakan untuk anak-anakmu
Penjual sayur…
Dengan senyum ramahmu
Kau penuhi kebutuhan hidupku
Terima kasih … sayurmu
Bekerja dari pagi sampai petang
Tanpa kenal waktu
Ketika mentari terbenam
Kau tinggalkan pasar
Dengan buah tangan
Kau bawakan untuk anak-anakmu
Penjual sayur…
Dengan senyum ramahmu
Kau penuhi kebutuhan hidupku
Terima kasih … sayurmu
Ryan Puspa (Bobo, No. 47 Tahun XXXIV, 1 Maret 2007)
Puisi dengan judul “Oh, Guruku” dan “Penjual Sayur” merupakan ungkapan kekaguman penulis terhadap jasa guru dan penjual sayur. Guru sebagai seorang pendidik digambarkan oleh penyair sebagai seorang pahlawan, yang begitu besar jasanya bagi maju dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Guru merupakan seorang yang tak pernah menyerah dan tak kenal lelah. Wujud kekaguman penyair diungkapkan dengan kalimat sebagai berikut.
Kau laksana pelita dalam gulita
Jasamu tak terbeli
Jasamu tak terbeli
Pada puisi “Penjual Sayur”, penyair mengungkapkan kekagumannya terhadap penjual sayur yang bekerja sepanjang hari dan tanpa mengenal waktu. Meskipun merasa lelah, penjual sayur tetap tersenyum ramah dalam melayani. Kekaguman dan ungkapan penyair diungkapkan lewat kalimat berikut.
Aku tahu kau sangat lelah
Bekerja dari pagi sampai petang
Tanpa kenal waktu
Dengan senyum ramahmu
Kau penuhi kebutuhan hidupku
Terima kasih … sayurmu
Bekerja dari pagi sampai petang
Tanpa kenal waktu
Dengan senyum ramahmu
Kau penuhi kebutuhan hidupku
Terima kasih … sayurmu
- Get link
- X
- Other Apps
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment