Skip to main content

suku primitif Indonesia yang terancam punah.

suku primitif Indonesia yang terancam punah.

Suku Mentawai di Sumatra Barat

 
Suku Mentawai adalah suku kuno yang berada di kepulauan mentawai bagian dari wilayah Sumatra Barat dan Utara. Asal usulnya yang misterius menjadi perdebatan dikalangan peneliti. Ada yang berpendapat bahwa suku ini berasal dari bangsa polinisea ada pula yang meyakini suku ini berasal dari bangsa Proto Malaya atau melayu tua. Tempatnya yang terisolasi membuat budayanya berbeda dengan suku suku terdekatnya. Sejak masuknya orang luar dan perkembangan jaman suku mentawai sudah berada pada generasi terakhir. Karena banyak anak-anak suku mentawai yang tidak mengikuti budaya tradisional yang ditanamkan para leluhurnya.

Suku Korowai di Papua

 
Di Papua juga terdapat suku yang hampir punah, yaitu Suku Korowai. Mereka terkenal dengan tradisinya tinggal di rumah pohon yang berisi hingga delapan orang. Suku Korowai percaya bahwa tinggal di pohon dapat menghindari mereka dari serangan penyihir laki-laki tanah. Tercatat bahwa saat ini suku tersebut hanya sekitar 3 ribu orang. Keberadaan mereka mulai terancam punah karena kebiasaan buruk yang dimiliki suku tersebut. Seperti sex bebas dan meminum miras. Penularan penyakir HIV/Aids di Papua semakin tidak terkendali, hal ini membuat keberlangsungan hidup suku asli papua terancam punah. Selain itu maraknya minmuman keras di papua membuat suku disana banyak yang mati karena sering meminumnya.

Suku Togutil di Pedalaman Halmahera Utara
 
Suku Togutil yang dikenal juga dengan nama Suku Tobelo ini mendiami hutan Halmahera. Kini nasib mereka terancam punah akibat akitivitas pertambangan. Suku togutil merupakan komunitas etnis yang hidupnya berpindah pindah di hutan. Mereka tinggal di hutan Totodogu dan hutan Lolobata. Jika perusahaan tambang terus menambang dikawasan hutan maka suku ini akan terancam punah karena area tersebut sumber kehidupan mereka. Daerah Halmahera timur dan Halmahera tengah memang direncanakan akan dibangun pabrik feronikel. Namun rencana itu mengancam keberadaan suku asli didaerah tersebut. Kerusakan habitat suku togutil merupakan bentuk pelanggaran hak asasi manusia.

Suku Anak Dalam (Jambi)
 
Keberadaan orang rimba di jambi terancam punah akibat hutan yang digunakan untuk tempat tinggal malah dibuat kawasan perusahaan. Bahkan tidak jarang mereka justru harus lari dari wilayah yang didiaminya sejak dulu. Keberadaan mereka saat ini semakin menurun terlebih sejak adanya kawasan sebuah perusahaan dikawasan hutan harapan. sejak tahun 2006, masyarakatnya yang sebelumnya ada ratusan kepala keluarga harus meninggalkan kampung halamannya akibat kawasan mereka yang masuk ke dalam perusahaan tersebut. Orang rimba merupakan salah satu komunitas terasing di provinsi jambi. Mereka terbagi dalam macam-macam suku tergantung daerahnya, pemerintah setempat memutuskan menyebut orang rimba dengan sebutan anak dalam.

Suku Hutan di Batam
 
Suku Hutan adalah salah satu suku terasing di batam. Mereka terancam punah karena kurang mendapat perhatian. Pada tahun 1970 an, ada 70 keluarga atau 150 jiwa yang mendiami pulau rempang di Batam.kini jumlahnya hanya 13 jiwa dari 8 keluarga. Menurut anak seorang sesepuh mengatakan, salah satu penyebab suku ini hampir punah karena kebiasaan suku yang pindah keluar daerah dan tidak kembali lagi setelah di rantau. Selain itu kebiasaan Suku Hutan yang gemar minum Toak menyebabkan mereka jatuh sakit dan meninggal. Suku Hutan menghuni pulau rempang sejak ratusan tahun yang lalu
uku Primitif tersebut yang kami lansir dari berbagai sumber.

Suku Oni, Kabupaten Bone

 

Suku Oni adalah suku primitif yang tinggal di Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Suku ini memiliki tubuh kerdil dengan tinggi hanya sekitar 70 sentimeter. Mereka hidup di gua-gua tersebunyi di daerah pegunungan. Salah satu yang diketahui adalah di Dusun Dekko Mapessangka Ponre sekitar 60 km dari kota Watampone.

Fisik suku Oni seperti manusia normal namun ukuran tubuhnya seperti anak kecil, wajahnya keriput seperti orang tua. Pakaian yang digunakan sehari-hari, terbuat dari kulit tenunan kayu dan dibentuk menjadi pakaian. untuk kebutuhan sehari-hari, mereka hanya bergantung pada buah-buahan yang berada di hutan di sekitar pemukiman mereka.

Saat ini keberadaan mereka sangat sulit untuk diketahui dan ditemukan karena wilayah pemukimannya semakin tersebunyi. 

Suku Korowai, Papua



Suku Korowai adalah salah satu Suku Primitif Indonesia yang terancam punah keberadaannya. Mereka hidup di hutan pedalaman Pulau Papua. Populasi mereka diperkirakan hanya tinggal 3.000 jiwa saja dan jumlahnya terus mengalami pengurangan akibat sering terjadinya perang antar suku serta serangan penyakit yang sulit untuk disembuhkan.

Suku Korowai tinggal di rumah-rumah pohon yang tinggi menjulang dimana ketinggian rumah mereka bisa mencapai 50 meter dari permukaan tanah. Suku Korowai ini juga dipercaya melakukan praktek kanibalisme yaitu dengan memakan daging manusia.

Suku Togutil, Halmahera Utara

 

Suku Togutil merupakan Suku Primitif Indonesia yang tinggal di Kepulauan Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Populasi mereka diperkirakan hanya tinggal 85 keluarga saja. Cara berpakaian Suku Togukil ini sama dengan suku-suku primitif lainnya di Indonesia. Suku ini tidak mengenakan baju seperti manusia modern tetapi mereka hanya mengenakan cawat yang hanya menutupi aurat mereka.

Suku Anak Dalam, Jambi



Suku Kubu atau yang dikenal luas ebagai Suku Anak Dalam atau Orang Rimba adalah salah satu suku bangsa minoroitas yang hidup di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan, Indonesia. Populasi mereka saat ini diperkirakan tinggal sekitar 200.000 orang saja. Menurut tadisi lisan Suku Anak Dalam merupakan orang Maalau Sesat yang lari ke hutan rimba di sekitar Air Hitam, Taman Nasional Bukit Dua Belas. Mereka kemudian dinamakan Moyang Segayo. Tradisi lain menyebutkan mereka berasal dari Pagaruyung yang mengungsi ke daerah Jambi. Hal ini diperkuat dengan adat Suku Anak Dalam mempunyai adat dan bahasa dengan Suku Minangkabau. Sumatera Barat.

Saat ini kehidupan mereka sangat mengenaskan seiring dengan hilangnya sumber daya hutan yang ada di Jambi dan Sumatera Selatan. Proses-proses marginalisasi yang dilakukan oleh pemerintah dan suku bangsa dominan (orang melayu) membuat populasi mereka kian berkurang.

Suku Hutan, Batam

 

Suku Hutan adalah sebutan untuk masyarakat yang hidup terasing di pedalaman hutan Pulau Rempang  Batam, Kepulauan Riau. Dengan hidup sangat terasing dari orang luar dan membatasi diri dengan kehidupan luar menjadikan Suku Hutan ini terancam punah. Tingkat kematian yang tinggi, fasilitas kesehatan yang tidak memadai pada tahun 70-an suku ini hanya tinggal 70 keluarga atau sekitar 150 orang saja.

Saat ini populasi mereka kian menyusut dan Suku Orang Hutan yang mendiami Pulau Rempang ini hanya tinggal 13 orang saja.

Masyarakat Suku Hutan memiliki kebiasaan meminum tuak yang dalam kebiasaan ini mereka sering mengalami penyakit parah hingga kematian. Sejak ratusan tahun yang lalu Suku Hutan ini selalu tinggal di rumah kayu yang beratap daun jerami dengan hidup bertani seperti menanam ubi jalar dan ubi kayu. Selain itu mereka memanfaatkan alam sekitar seperti berburu binatang liar di hutan sekitar pemukiman mereka. 

Suku Berebere, Maluku

 

Suke Berebere dianggap juga sebagai suku kanibal yang terakhir terlihat pada tahun 1900-an lalu. Populasi mereka diperkirakan hanya belasan orang saja. Ciri-ciri mereka bertubuh besar dengan tinggi hampir mencapai 2 meter, warna kulit hitam dengan bentuk tubuh yang sangat menakutkan.

Suku ini hidup secara liar di hutan-hutan Halmahera untuk berburu hewan-hewan liar. Jika mereka tidak menemukan hewan liar untuk dimakan, secara diam-diam mereka juga akan memburu manusia dari suku lain untuk di jadikan makanan.


Suku Berebere ini pada masa lalu sangat ditakuti, karena akan sangat ganas apabila bertemu dengan suku-suku lain. Mereka akan memakan daging siapapun secara mentah-mentah. Kemungkinan karena kelakuan suku Berebere ini sangat mengancam ketentraman penduduk suku-suku lain, seperti suku Togutil, membuat suku Togutil memburu dan membasmi suku Berebere. Akibat dari perburuan ini suku Berebere demi menyelamatkan diri lari masuk lebih ke dalam hutan pedalaman. Setelah itu, suku Berebere ini tidak pernah lagi ditemukan oleh penduduk setempat. Tidak diketahui secara pasti, keberadaan suku Berebere saat ini dan pemukimannya pun tidak diketahui.

Suku Polahi, Gorontalo

 

Polahi adalah sebutan untuk suku terasing dan primitif yang hidup di hutan pedalaman Gorontalo. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, Suku Polahi adalah masyarakat pelarian zaman Belanda yang melakukan eksodus ke dalam hutan karena takut dan tidak mau di jajah oleh Belanda sehingga menjadikan mereka menjadi Suku Terasing sampai dengan saat ini.

Saat ini populasi mereka hanya tinggal 500 orang saja. 200 orang berada di Kecamatan Paguyuman dan 300 orang lainnya berada di Kecamatan Suwawa. Saat ini mereka hidup di hutan pedalaman dalam kelompok-kelompok kecil.

Suku Kombai, Papua



Suku Kombai merupakan salah satu Suku Primitif di Indonesia yang hidup di pedalaman hutan Papua. Suku Kombai ini tinggal di rumah-rumah pohon sementara kehidupan mereka mengandalkan hasil berburu dan meramu. Sayangnya belum ada penelitian lebih jauh mengenai kehidupan Suku Kombai dikarenakan norma mereka yang nomaden.


Suku Dayak Ngayau


 


Ngayau sebenarnya hanya merupakan sebutan yang artinya memotong kepala musuh. Suku Dayak Ngayau hidupnya masih sangat primitif sekali dan hidup di pedalaman hutan-hutan Kalimantan. Seperti halnya Suku Korowai, Suku Ngayau juga dipercaya mempunyai sifat kanibalisme. Belum ada penelitian lebih lanjut tentang keberadaan mereka di pedalaman hutan-hutan Kalimantan.


Suku Sakai

 

Suku Sakai merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia yang hidup di pedalaman Riau, Sumatera. Suku Sakai merupakan keturunan Minangkabau yang melakukan migrasi ke tepi Sungai Gasib, di hulu Sungai Rokan, pedalaman Riau pada abad ke-14. Seperti halnya Suku Ocu (penduduk asli Kabupaten Kampar), Orang Kuantan, dan Orang Indragiri, Suku Sakai merupakan kelompak masyarakat dari Pagaruyung yang bermigrasi ke daratan Riau berabad-abad lalu. Sebagian besar masyarakat Sakai hidup dari bertani dan berladang. Tidak ada data pasti mengenai jumlah orang Sakai. Data kependudukan yang dikeluarkan oleh Departemen Sosial RI menyatakan bahwa jumlah orang Sakai di Kabupaten Bengkalis sebanyak 4.995 jiwa.

Comments

Popular posts from this blog

MENGANALISIS KARYA SENI RUPA 2 DIMENSI

MENGANALISIS KARYA SENI RUPA 2 DIMENSI BARONG & LEAK ·       Karya : Afandi (1980) ·       Fungsi  : sebagai hiasan dalam ruangan dan merupakan  bagian seni kebudayaan dari Masyarakat Bali, dimana Barong dan Leak adalah filosofi bagaimana bertolak belakangnya antara kebaikan dan kejahatan. Lukisan ini juga sebagai saluran imajinasi pelukis. ·       Media Alat dan Bahan  :  Oil on Canvas .  Cat Minyak diatas canvas adalah bahan yang paling populer, dan biasa digunakan dalam melukis, karena pemakaian yang mudah diaplikasikan serta hasil lukisanya bisa digunakan dalam berbagai tehnik gaya lukisan, halus ataupun bertekstur. Bahan melukis ini berbasis minyak, dan memiliki tingkatan kualitas mulai dari kualitas normal hingga kualitas tinggi, dan dibedakan dengan harga. Baik pelukis pemula atau pelukis handal, sering menggunakan bahan material cat minyak dan canvas sebag...

pengertian sistem suspensi pada kendaraan

sistem suspensi pada kendaraan  berfungsi untuk menghubungkan bodi kendaraan dengan roda, kontruksinya dibuat sedemikian rupa agar dapat menyerap getaran, oskilasi dan kejutan sebagai akibat dari kondisi dan permukaan jalan yang tidak rata, sehingga diperoleh keamanan dan kenyamanan ketika berkendara. Sistem suspensi  juga berfungsi untuk memindahkan gaya pengereman dan gaya gerak ke body melalui gesekan antara jalan dengan roda-roda. Fungsi terakhir dari sistem suspensi adalah untuk menopang body pada axle dan memelihara letak geometris antara body dan roda-roda. Dengan adanya sistem suspensi, maka kendaraan akan lebih stabil baik ketika terjadi pengereman, belokan, sampai jalan yang bergelombang atau tidak rata. Suspensi juga akan membuat pengendara merasakan kenikmatan dan stabilitas ketika mengendarai.  Syarat-syarat Sistem Suspensi Dalam menjalankan fungsinya, suspensi harus dapat memiliki beberapa syarat yaitu : Mengantar gerakan roda. Memungkinkan...

Menganalisis Karya Seni Rupa Murni

"Menganalisis Karya Seni Rupa Murni",    1. Pertama, yaitu Borobudur Pagi Hari Judul : Borobudur Pagi Hari Tahun : 1983 Ukuran : 150 cm x 200 cm Media : Cat Minyak “Borobudur Pagi Hari” merupakan salah satu karya Affandi yang terinspirasi oleh megahnya candi Borobudur dan lingkungan sekitar pada masa itu, saat Affandi melintas dan memperhatikan Borobudur di pagi hari. Obyek matahari selalu menarik perhatian di beberapa karya beliau sebagai fokus pendukung utama. Warna – warna dingin dan suasana tenang mendominasi lukisan ini karena melukiskan suasana pagi hari yang cerah . Dan dilukisan ini Affandy lebih nenonjolkan obyek alam sebagai latar belakang. Perpaduan warna yang digunakan semakin menghidupkan lukisan tersebut karena warna yang digunakan padu antara warna satu dengan warna yang lain. Dan dilukisan tersebut gambar candi Borobudur terlihat sangat jelas tanpa kita harus menganalisis makna lukisan tersebut. Dan bentuk mataharinya tidak menyerupai matahari tet...