Skip to main content

TUGAS AGAMA PENYEBAB PERKEMBANGAN DAN KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN SENI


“Apa penyebabnya perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) umat Islam belum mengalami kemajuan yang signifikan?”

Sebanyak kurang lebih 41 persen negara-negara mayoritas Muslim (20 persen dari populasi dunia) berkontribusi kurang dari 5 persen pada perkembangan sains modern. Sementara itu, kita ambil satu negara mayoritas non-Muslim sebagai contoh, Inggris. Negara ini populasinya cuma kurang dari 1 persen dari populasi dunia tetapi mampu menyumbangkan 16 persen pada perkembangan sains modern. Suatu ketimpangan yang menyakitkan jika Anda seorang yang mengaku Muslim.
Mengapa umat Islam bisa begitu ketinggalan dalam hal sains? Ada apa dengan para ilmuwan Islam saat ini?
Jika kita mau membaca lagi catatan sejarah, prestasi sains umat Muslim memang dahulu cemerlang sekali. Bahkan konon sampai melebihi pencapaian peradaban Barat ( Kristen Eropa). Muslim mendominasi perkembangan sains dunia semasa tahun 800 Masehi sampai sekitar 3 abad kemudian. Umat Muslim saat itu menikmati kemajuan sains, ekonomi dan budaya yang mengagumkan di bawah pemerintahan kalifah Harun al-Rashid (786-809 Masehi) hingga beberapa kalifah setelahnya. Inilah yang disebut sebagai Masa Kejayaan Islam. Masa ini berakhir setelah kalifah Abbasid ditaklukkan Mongol dan direbutnya Baghdad pada tahun 1258 M. Menurut Wikipedia, sejumlah cendekiawan sepakat bahwa akhir masa ini ialah akhir abad ke-15 sampai abad ke-16 M.
Apa yang terjadi kemudian ialah keruntuhan dari dalam diri umat Muslim itu. Faktor-faktor pendorong kemunduran itu misalnya ialah tingkat korupsi yang merajalela dalam pemerintahan negara-negara mayoritas Muslim. Para politisi dan pemerintah negara-negara mayoritas Muslim bukan penggemar sains. Mereka – meskipun tidak semua - berpolitik hanya demi kekuasaan dan kekayaan. Perkembangan negara apalagi umat bukan prioritas utama. Kita semua tidak usah mencari contoh jauh-jauh ke negara lain. Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia sudah menjadi contoh yang memalukan soal korupsi.
Faktor lain yang menjadi penyumbang kemunduran sains umat Muslim ialah karakteristik-karakteristik pendidikan masyarakat Muslim yang kurang tanggap terhadap perkembangan zaman. Konservatisme dalam segala lini pendidikan mereka yang sudah mengakar membuat umat Muslim sangat sukar mengembangkan sains. Akibat dari pendidikan yang terbelakang ini ialah kualitas pendidikannya yang juga lebih rendah, yang pada gilirannya menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu menyedihkan. Hal lain yang juga ikut menghambat perkembangan sains dalam peradaban Muslim ialah fakta bahwa produksi sains di tengah umat Muslim cuma diperuntukkan dalam lingkaran elit saja
Faktor lainnya ialah penindasan kaum perempuan. Hal yang sama juga dilakukan oleh Barat sebetulnya. Tetapi dengan adanya sejumlah faktor lain, pengekangan kaum Hawa dalam menuntut ilmu yang setara dengan laki-laki ikut membuat perkembangan ilmu pengetahuan di kalangan Muslim mandek. Mereka lupa bahwa wanita-wanita juga tiang umat. Kaum Hawa ialah pemberi pendidikan anak-anak mereka yang pertama dan utama
Faktor selanjutnya yakni dampak negatif dari penjajahan Barat di Asia. Sebagaimana kita ketahui, bangsa-bangsa mayoritas Muslim berada di Asia. Dalam masa penindasan Barat, bangsa-bangsa Timur yang didominasi Muslim seperti Indonesia juga mengalami kemandekan dalam perkembangan sainsnya. Sensor dan pelarangan karya-karya ilmiah dilakukan. Penerbitan dikekang. Penghancuran sejumlah tempat pendidikan yang didirikan Muslim juga bukan hal yang aneh semasa pendudukan kaum Kolonial Barat.
Faktor berikutnya yang tidak kalah siginifikan dalam menghambat perkembangan sains dalam umat Muslim ialah merajalelanya kemiskinan di negara-negara mayoritas Muslim. Kita ambil contoh Indonesia. Baru-baru ini Biro Pusat Statistik (BPS) merilis angka kemiskinan Indonesia tahun ini mencapai 28,01 juta jiwa atau sebanyak 10,86 persen dari rakyat kita. Angka kemiskinan naik. Demikian juga tingkat kesenjangan ekonomi kita, yang sebelumnya 0,71 menjadi 0,79.
Karena membiayai perkembangan sains bukanlah perkara yang murah, bahkan amat sangat mahal, sementara sebagian besar negara muslim dunia masih terbelakang dan miskin atau masih berkembang, menjadikan sains sebagai prioritas (daripada pemenuhan kebutuhan pokok yang lebih vital seperti sandang, pangan dan papan) tampaknya konyol padahal investasi sains dalam jangka panjang sejatinya akan sangat menguntungkan. Tetapi itu teorinya.
Praktiknya? Orang akan menolak membaca buku apalagi belajar jika perut mereka masih lapar atau masih kebingungan harus tinggal di mana malam nanti. Kompleks memang masalahnya. Sementara itu, negara-negara Muslim lain yang lebih makmur sepertinegara-negara di kawasan Teluk (Semenanjung Arab) yang kaya minyak bumi masih relatif muda usianya sehingga belum banyak memiliki lembaga penelitian kaliber dunia yang mumpuni dalam menelurkan inovasi-inovasi sains yang substansial.
Pola pikir yang turut membuat Muslim tidak membuat kemajuan berarti dalam dunia sains modern ialah konsensus atau kesepakatan bersama yang kuat bahwa peran agama ialah sebagai sebuah landasan berpikir yang konstan, absolut dan kaku. Sikap kritis terhadap agama ditolak, sehingga umat Muslim menjadi lebih eksklusif, tertutup dari perkembangan dunia luar. Seekor katak dalam tempurung kelapa, atau seekor ikan dalam gelas mungil. Pergerakannya terbatas. Tidak bisa ke mana-mana. Seperti itulah pengibaratan perkembangan sains dalam umat Muslim saat ini.
Alasan lainnya ialah karena menurut saya umat Muslim saat ini terlalu reaktif kegaduhan eksternal  dan ‘insecure’ (kurang percaya diri) mengenai dirinya sendiri dengan tersedot ke ranah politik. Mereka ingin sekali merebut hegemoni dunia dari Barat (baca:Kristen) sehingga sangat bernafsu mempertahankan kendali kekuasaan di berbagai lini. Tetapi sayangnya mereka lupa, bahwa hegemoni Barat itu dibangun tidak melulu dari aspek politik. Hegemoni itu dibangun dari berbagai bidang. Dan sains adalah salah satunya. Dan payahnya, sains merupakan salah satu di antara banyak celah kelemahan umat Muslim yang sebenarnya bisa menjadi kunci kebangkitannya tetapi kerap terlupakan.
Kebanyakan umat Islam belajar sains dan teknologi , yaitu karena mabuk ilmu, mengejar harta, jabatan, nama, agar tidak bodoh serta karena bangsa dan negara. Tidak ada atau hampir tidak ada yang betul-betul karena Allah Tuhannya, yang inginkan redho, cinta dan takutkan Allah. Maka tidak heran Allah berlepas tangan dan tidakmembantu mereka. Ilmuwan dan teknolog Islam tidak dibantu Allah. Mereka tidakdiberi ilmu atau idea-idea oleh Allah dalam kajian atau analisa mereka. Mereka hanya guna akal mereka saja. Akhirnya mereka tertinggal jauh disbanding ilmuwan dan teknolog bukan Islam yang memang sudah meninggalkan jauh ilmuwan dan teknolog Islam. Kita umat Islam dalam menuntut dan mencari ilmu mesti menjadi golongan yang ketujuh, yaitu mencari ilmu karena Allah, untuk mencari redhoNya, membesarkanNya. Kalau bukan karena Allah Taala, kita termasuk ke dalam golongan orang yang rugi


https://www.kompasiana.com/www.akhlis-purnomo.com/58301af8ae7a619734fb673f/kenapa-umat-muslim-terbelakang-dalam-perkembangan-sains-modern?page=2tokominiregal.blogspot.com

APA PENYEBAB PERKEMBANGAN DAN KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN SENI (IPTEKS) UMAT ISLAM BELUM MENGALAMI KEMAJUAN YANG SIGNIFIKAN ?


Sebanyak  kurang lebih 41 persen negara-negara mayoritas Muslim (20 persen dari populasi dunia) berkontribusi kurang dari 5 persen pada perkembangan sains modern. Sementara itu, kita ambil satu negara mayoritas non-Muslim sebagai contoh, Inggris. Negara ini populasinya cuma kurang dari 1 persen dari populasi dunia tetapi mampu menyumbangkan 16 persen pada perkembangan sains modern. Suatu ketimpangan yang menyakitkan jika Anda seorang yang mengaku Muslim.
Indikator lain yang bisa mengukuhkan ketertinggalan itu ialah bahwa hanya ada tiga orang pemenang Anugerah Nobel sampai saat ini dalam bidang sains. Mereka adalah Abdus Salam, Ahmed Zewail dan Aziz Sancar. Padahal jumlah total pemenang Nobel sudah ada lebih dari 600 orang. Artinya cuma 0,00005 persen dari daftar pemenang Nobel adalah Muslim. Ini menjadi sebuah fakta yang mengiris hati karena populasi Muslim dunia mencapai lebih dari 15 persen dari populasi dunia.
Mengapa umat Islam bisa begitu ketinggalan dalam hal sains? Ada apa dengan para ilmuwan Islam saat ini?
Jika kita mau membaca lagi catatan sejarah, prestasi sains umat Muslim memang dahulu cemerlang sekali. Bahkan konon sampai melebihi pencapaian peradaban Barat ( Kristen Eropa). Muslim mendominasi perkembangan sains dunia semasa tahun 800 Masehi sampai sekitar 3 abad kemudian. Umat Muslim saat itu menikmati kemajuan sains, ekonomi dan budaya yang mengagumkan di bawah pemerintahan kalifah Harun al-Rashid (786-809 Masehi) hingga beberapa kalifah setelahnya. Inilah yang disebut sebagai Masa Kejayaan Islam. Masa ini berakhir setelah kalifah Abbasid ditaklukkan Mongol dan direbutnya Baghdad pada tahun 1258 M. Menurut Wikipedia, sejumlah cendekiawan sepakat bahwa akhir masa ini ialah akhir abad ke-15 sampai abad ke-16 M.
Apa yang terjadi kemudian ialah keruntuhan dari dalam diri umat Muslim itu. Faktor-faktor pendorong kemunduran itu misalnya ialah tingkat korupsi yang merajalela dalam pemerintahan negara-negara mayoritas Muslim. Para politisi dan pemerintah negara-negara mayoritas Muslim bukan penggemar sains. Mereka – meskipun tidak semua - berpolitik hanya demi kekuasaan dan kekayaan. Perkembangan negara apalagi umat bukan prioritas utama. Kita semua tidak usah mencari contoh jauh-jauh ke negara lain. Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia sudah menjadi contoh yang memalukan soal korupsi.
Faktor lain yang menjadi penyumbang kemunduran sains umat Muslim ialah karakteristik-karakteristik pendidikan masyarakat Muslim yang kurang tanggap terhadap perkembangan zaman. Konservatisme dalam segala lini pendidikan mereka yang sudah mengakar membuat umat Muslim sangat sukar mengembangkan sains. Akibat dari pendidikan yang terbelakang ini ialah kualitas pendidikannya yang juga lebih rendah, yang pada gilirannya menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu menyedihkan. Ditambah dengan ketidakpedulian pemerintah dan masyarakat Muslim pada perkembangan pendidikan, peningkatan sains di negara-negara Muslim sudah bukan prioritas utama.
Indonesia sudah menjadi bukti nyata dengan menjadi raksasa paling pandir di kawasan Asia Tenggara (baca: Kualitas Pendidikan Indonesia Terendah di ASEAN). Rendahnya mutu pendidikan dalam negara-negara Muslim membuat manusia-manusia cerdas di dalamnya harus belajar ke Barat demi melanjutkan proses studi mereka. Karena itulah, mayoritas kampus Inggris dan AS mampu menghasilkan kontribusi sains yang besar. Itu karena mereka juga diperkuat oleh sumber daya manusia unggul dari berbagai negara termasuk negara-negara Muslim. Masalah kualitas pendidikan yang memprihatinkan ini menjadi pekerjaan rumah yang maha besar bagi umat Muslim saat ini dan sampai saat ini rasanya belum ada upaya berkesinambungan dan masif untuk mencapai tujuan tersebut.
Hal lain yang juga ikut menghambat perkembangan sains dalam peradaban Muslim ialah fakta bahwa produksi sains di tengah umat Muslim cuma diperuntukkan dalam lingkaran elit saja. Dan orang-orang di dalam kelompok eksklusif ini cuma segelintir saja dibandingkan umat yang begitu melimpah ruah. Padahal jika ingin lebih cepat maju dan perkembangan tercapai lebih mantap, seharusnya semua elemen Muslim kompak dan bersatu dan memajukan sains bersama-sama tanpa mempedulikan sekat elitisme.
Faktor lainnya ialah penindasan kaum perempuan. Hal yang sama juga dilakukan oleh Barat sebetulnya. Tetapi dengan adanya sejumlah faktor lain, pengekangan kaum Hawa dalam menuntut ilmu yang setara dengan laki-laki ikut membuat perkembangan ilmu pengetahuan di kalangan Muslim mandek. Mereka lupa bahwa wanita-wanita juga tiang umat. Kaum Hawa ialah pemberi pendidikan anak-anak mereka yang pertama dan utama. Di sinilah letak celah kelemahan penyebab kemunduran itu ada.
Faktor selanjutnya yakni dampak negatif dari penjajahan Barat di Asia. Sebagaimana kita ketahui, bangsa-bangsa mayoritas Muslim berada di Asia. Dalam masa penindasan Barat, bangsa-bangsa Timur yang didominasi Muslim seperti Indonesia juga mengalami kemandekan dalam perkembangan sainsnya. Sensor dan pelarangan karya-karya ilmiah dilakukan. Penerbitan dikekang. Penghancuran sejumlah tempat pendidikan yang didirikan Muslim juga bukan hal yang aneh semasa pendudukan kaum Kolonial Barat.
Faktor berikutnya yang tidak kalah siginifikan dalam menghambat perkembangan sains dalam umat Muslim ialah merajalelanya kemiskinan di negara-negara mayoritas Muslim. Kita ambil contoh Indonesia. Baru-baru ini Biro Pusat Statistik (BPS) merilis angka kemiskinan Indonesia tahun ini mencapai 28,01 juta jiwa atau sebanyak 10,86 persen dari rakyat kita. Angka kemiskinan naik. Demikian juga tingkat kesenjangan ekonomi kita, yang sebelumnya 0,71 menjadi 0,79.
Karena membiayai perkembangan sains bukanlah perkara yang murah, bahkan amat sangat mahal, sementara sebagian besar negara muslim dunia masih terbelakang dan miskin atau masih berkembang, menjadikan sains sebagai prioritas (daripada pemenuhan kebutuhan pokok yang lebih vital seperti sandang, pangan dan papan) tampaknya konyol padahal investasi sains dalam jangka panjang sejatinya akan sangat menguntungkan. Tetapi itu teorinya.
Praktiknya? Orang akan menolak membaca buku apalagi belajar jika perut mereka masih lapar atau masih kebingungan harus tinggal di mana malam nanti. Kompleks memang masalahnya. Sementara itu, negara-negara Muslim lain yang lebih makmur seperti negara-negara di kawasan Teluk (Semenanjung Arab) yang kaya minyak bumi masih relatif muda usianya sehingga belum banyak memiliki lembaga penelitian kaliber dunia yang mumpuni dalam menelurkan inovasi-inovasi sains yang substansial.
Pola pikir yang turut membuat Muslim tidak membuat kemajuan berarti dalam dunia sains modern ialah konsensus atau kesepakatan bersama yang kuat bahwa peran agama ialah sebagai sebuah landasan berpikir yang konstan, absolut dan kaku. Sikap kritis terhadap agama ditolak, sehingga umat Muslim menjadi lebih eksklusif, tertutup dari perkembangan dunia luar. Seekor katak dalam tempurung kelapa, atau seekor ikan dalam gelas mungil. Pergerakannya terbatas. Tidak bisa ke mana-mana. Seperti itulah pengibaratan perkembangan sains dalam umat Muslim saat ini.
Alasan kemunduran sains itu juga diduga berasal dari upaya interpretasi sejumlah pihak atas karya Imam al-Ghazali (salah satu tokoh Muslim paling menonjol dalam perkembangan Islam sejak Rasulullah SAW sendiri). Interpretasi radikal itu memicu Muslim untuk menghapus sejumlah cabang sains yang dicap “tidak dikehendaki”. Salah satu tokoh bernama Hamid al_Ghazali bahkan pernah menyatakan bahwa matematika ialah “karya dari setan”. Pernyataannya itu amat berpengaruh dan membuat dampak yang besar bagi perkembangan ilmu tersebut di peradaban Muslim.
Alasan lainnya ialah karena menurut saya umat Muslim saat ini terlalu reaktif kegaduhan eksternal  dan ‘insecure’ (kurang percaya diri) mengenai dirinya sendiri dengan tersedot ke ranah politik. Mereka ingin sekali merebut hegemoni dunia dari Barat (baca:Kristen) sehingga sangat bernafsu mempertahankan kendali kekuasaan di berbagai lini. Tetapi sayangnya mereka lupa, bahwa hegemoni Barat itu dibangun tidak melulu dari aspek politik. Hegemoni itu dibangun dari berbagai bidang. Dan sains adalah salah satunya. Dan payahnya, sains merupakan salah satu di antara banyak celah kelemahan umat Muslim yang sebenarnya bisa menjadi kunci kebangkitannya tetapi kerap terlupakan.



Apa penyebabnya perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) umat Islam belum mengalami kemajuan yang signifikan?
Teknologi informasi dan komunikasi berkembang semakin pesat. Hal ini dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun, dunia ini tampak begitu modern. Kecanggihan inovasi yang ada pada saat ini merupakan dampak dari ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh manusia.
Namun, berbanding terbalik dengan ilmu pengetahuan dalam Islam yang justru mengalami kemunduran. Hal ini dapat dilihat dari arus modernisasi di lingkungan masyarakat dimana nilai-nilai keIslaman mulai meluluh perlahan. Baik itu dari segi perilaku atau kebiasaan, fashion, makanan, pendidikan, ekonomi dan lain-lain. Memang masih ada yang benar-benar beriman kepada Allah, tapi jumlahnya tidak banyak. Seperti yang tertulis dalam firman Allah berikut ini.
الۤمّۤرٰۗ تِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِۗ وَالَّذِيْٓ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ الْحَقُّ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُوْنَ
“Alif Lam Mim Ra. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al-Qur’an). Dan (Kitab) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu itu adalah benar; tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya).” (QS. Ar-Ra’d [13] : 1)
وَمَآ أَكْثَرُ ٱلنَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
“Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya.” (QS. Yusuf [12] : 103)
Sebenarnya apakah yang menjadi penyebab kemunduran ilmu pengetahuan dalam Islam? Mari kita simak ulasan selengkapnya berikut ini.
Penyebab Kemunduran Ilmu Pengetahuan dalam Islam
Fenomena kemunduran ilmu pengetahuan dalam Islam ditandai dengan terpecah belahnya kekuasaan dan kerajaan pada abad ke-12 hingga abad ke-18. Penyebabnya antara lain:
1. Faktor Ekologi dan Alami
Sebagian besar negara Islam memiliki tanah dengan kondisi semi hingga sangat gersang. Sehingga rentan dengan berbagai serangan dari luar. Seperti pada tahun 1347 hingga 1349 di Mesir, Syiria dan Iraq pernah mengalami suatu wabah penyakit yang mematikan. Hal ini mengakibatkan banyak penduduk yang memilih untuk berpindah tempat mencari tempat yang lebih baik.
2. Kemunduran Kerajaan Besar Islam
Kerajaan Islam dan ilmu pengetahuan memiliki hubungan yang cukup signifikan. Kerajaan Islam merupakan salah satu media yang strategis untuk menyebarkan agama Islam ke berbagai penjuru. Dua di antaranya ialah Kerajaan Safawi dan Kerajaan Mughal. Kerajaan tersebut ikut mendorong peradaban Islam dalam bidang politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, pembangunan dan seni. Namun, kerajaan tersebut tidak bisa berjaya selamanya. Mundurnya kerajaan tersebut berpengaruh pada menurunnya peradaban Islam secara drastis. Termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan.
3. Terjadinya Krisis Ekonomi
Masa dimana masyarakat muslim tengah giat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, mereka hanya berfokus pada hal itu dan mengabaikan kesejahteraan masyarakatnya pada aspek ekonomi. Sedang kebutuhan dalam hidup terus mengalami perkembangan. Akibatnya terjadilah krisis ekonomi sebagai permasalahan baru.
4. Cara Pandang Muslim Sempit
Umat muslim yang memiliki ketaatan yang amat sangat cenderung menutup sebelah mata pada perkembangan ilmu pengetahuan dari berbagai belahan dunia. Sebagian mereka yang sebenarnya memiliki potensi intelektual lebih mempertahankan pemikiran lampau daripada membuka diri untuk pembaharuan.
Hal ini berbanding terbalik dengan bangsa Eropa yang lebih terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan danterus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan agar dapat menciptakan berbagai inovasi terkemuka di dunia.
Memang tidak semua ilmu pengetahuan itu bersifat positif. Terkadang hal-hal yang negatif pun ada di dalamnya. Namun, sebagai umat muslim yang baik harus bisa memilih mana yang baik untuk dipelajari dan mana yang buruk untuk ditinggalkan.
Itulah ulasan mengenai penyebab kemunduran ilmu pengetahuan dalam Islam.


Comments

Popular posts from this blog

MENGANALISIS KARYA SENI RUPA 2 DIMENSI

MENGANALISIS KARYA SENI RUPA 2 DIMENSI BARONG & LEAK ·       Karya : Afandi (1980) ·       Fungsi  : sebagai hiasan dalam ruangan dan merupakan  bagian seni kebudayaan dari Masyarakat Bali, dimana Barong dan Leak adalah filosofi bagaimana bertolak belakangnya antara kebaikan dan kejahatan. Lukisan ini juga sebagai saluran imajinasi pelukis. ·       Media Alat dan Bahan  :  Oil on Canvas .  Cat Minyak diatas canvas adalah bahan yang paling populer, dan biasa digunakan dalam melukis, karena pemakaian yang mudah diaplikasikan serta hasil lukisanya bisa digunakan dalam berbagai tehnik gaya lukisan, halus ataupun bertekstur. Bahan melukis ini berbasis minyak, dan memiliki tingkatan kualitas mulai dari kualitas normal hingga kualitas tinggi, dan dibedakan dengan harga. Baik pelukis pemula atau pelukis handal, sering menggunakan bahan material cat minyak dan canvas sebag...

pengertian sistem suspensi pada kendaraan

sistem suspensi pada kendaraan  berfungsi untuk menghubungkan bodi kendaraan dengan roda, kontruksinya dibuat sedemikian rupa agar dapat menyerap getaran, oskilasi dan kejutan sebagai akibat dari kondisi dan permukaan jalan yang tidak rata, sehingga diperoleh keamanan dan kenyamanan ketika berkendara. Sistem suspensi  juga berfungsi untuk memindahkan gaya pengereman dan gaya gerak ke body melalui gesekan antara jalan dengan roda-roda. Fungsi terakhir dari sistem suspensi adalah untuk menopang body pada axle dan memelihara letak geometris antara body dan roda-roda. Dengan adanya sistem suspensi, maka kendaraan akan lebih stabil baik ketika terjadi pengereman, belokan, sampai jalan yang bergelombang atau tidak rata. Suspensi juga akan membuat pengendara merasakan kenikmatan dan stabilitas ketika mengendarai.  Syarat-syarat Sistem Suspensi Dalam menjalankan fungsinya, suspensi harus dapat memiliki beberapa syarat yaitu : Mengantar gerakan roda. Memungkinkan...

Menganalisis Karya Seni Rupa Murni

"Menganalisis Karya Seni Rupa Murni",    1. Pertama, yaitu Borobudur Pagi Hari Judul : Borobudur Pagi Hari Tahun : 1983 Ukuran : 150 cm x 200 cm Media : Cat Minyak “Borobudur Pagi Hari” merupakan salah satu karya Affandi yang terinspirasi oleh megahnya candi Borobudur dan lingkungan sekitar pada masa itu, saat Affandi melintas dan memperhatikan Borobudur di pagi hari. Obyek matahari selalu menarik perhatian di beberapa karya beliau sebagai fokus pendukung utama. Warna – warna dingin dan suasana tenang mendominasi lukisan ini karena melukiskan suasana pagi hari yang cerah . Dan dilukisan ini Affandy lebih nenonjolkan obyek alam sebagai latar belakang. Perpaduan warna yang digunakan semakin menghidupkan lukisan tersebut karena warna yang digunakan padu antara warna satu dengan warna yang lain. Dan dilukisan tersebut gambar candi Borobudur terlihat sangat jelas tanpa kita harus menganalisis makna lukisan tersebut. Dan bentuk mataharinya tidak menyerupai matahari tet...