KONDISI BANGSA
INDONESIA SEBELUM TAHUN 1908
Dimulainya
penjajahan Belanda di Indonesia adalah dengan didirikannya VOC (Veregnide Oost
Indishe Compagnie) pada tanggal 20 Maret 1602.
Tujuan VOC
aantara lain :
·
Menguasai pelabuhan-pelabuhan penting dan kerajaan-kerajaan
yang ada di Indonesia
·
Melakukan monopoli perdangan
·
Mengatasi persaingan antara pedagang Belanda
dengan pedagang Eropa yang lain
·
VOC mulai melakukan kekerasan pada rakyat
Indonesia
·
VOC mulai melaksanakan politik devide et impera
(politik adu domba)
Sir Herman
WilliamDaendels mulai berkuasa menjadi Gubernur jenderal bagi Indonesia pada
tahun 1808-1811 dan menerapkan sistem kerja rodi/kerja paksa dengan membangun
jalan dari Anyer-Panarukan. Karena itulah Daendels diberi julukan “Gubernur
Tangan Besi”
Pada tahun 1828,
Belanda mulai menerapkan sistem tanam paksa atau culturstelsel di bawah
kekuasaan Gubernur jenderal Hindia BelandaVan den Bosch. Penderitaan bangsa
Indonesia mulai menumbuhkan benih-benih perlawanan dari berbagai daerah. Namun
perlawnan ini gagal dikarenakan perjuangan masih bersifat kedaerahan.
Penderitaan
bangsa Indonesia menyadarkan beberapa orang belanda yang pernah atau tinggal di
indonesia. Diantaranya, Edward Douwes dekker, Mr. Van Deventeer, dan Baron Van
Houvell. Edward Douwes dekker yang mempunya nama samaran Maltatuli menulis
sebuah buku yang berjudul “Max Havellar”. Didalamnya berisi tentang bagaimana
penderitaan rakyat lebak, banten dibawah penjajahan Belanda.
Me. Van
Deventeermengusulkan kepada belanda agar menerakan Politik Ethisch ataupolitik
balas budi. Atas desakan dari berbagai pihak, akhirnya Belanda menyetujuinya.
Politik etische ini memiliki 3 program, yaitu Edukasi,Inrigasi, dan
Transmigrasi. Pada dasarnya, politik balas budi ini bukan untuk kepentingan
rakyat Indonesia melainkan untuk kepentingan Belanda. Misalnya : Irigasi
dibangun untuk kepentingan pengairan perkebunan milik Belanda, Sekolah diadakan
untuk menyediakan tenaga kerja terampil dan murah.
KONDISI BANGSA
INDONESIA SESUDAH TAHUN
1908:
Menjelang akhir
abad ke-19 kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda hampir meliputi seluruh
Indonesia. Kalau ditelusuri maka pemusatan kekuasaan Hindia Belanda dimulai
pada kurang lebih awal abad ke-18, yaitu ketika terjadi perpindahan tangan
kekuasaan dari tangan VOC ke pemerintah Hindia Belanda.
Dalam buku
Sejarah Kebangkitan Nasional yang ditulis oleh Bambang Suwondo tahun 1977
menyebutkan pada masa akhir abad ke-19 pengaruh Eropa terutama sekali pengaruh
bangsa Belanda tidak saja terbatas di pulau Jawa, tetapi sudah tersebar
keseluruh kepulauan Nusantara. Bahkan tidak hanya di kota kota, tapi sudah
sampai ke pelosok-pelosok.
Kebangkitan
nasional adalah masa di mana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan
dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
yang sebelumnya tidak pernah muncul selama masa penjajahan. Dalam masa ini
muncul sekelompok masyarakat Indonesia yang menginginkan adanya perubahan
karena penindasan dan penjajahan.
Kebangkitan
nasional Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo. Tanggal 20
Mei 1908 adalah hari lahirnya organisasi sosial pertama di Indonesia, Budi
Utomo. Tanggal kelahiran Budi Utomo dianggap sebagai mulainya kebangkitan
nasional karena menggunakan strategi perjuangan yang baru dan berbeda dengan
perjuangan sebelumnya.
Tokoh-tokoh
sejarah kebangkitan nasional yakni Gunawan, Sutomo, dr. Tjipto Mangunkusumo,
dr. Douwes Dekker, Suwardi Suryoningrat (Ki Hajar Dewantara), dan lain-lain.
Perjuangan
sebelumnya ada kelemahan karena perlawanan secara sporadis dan tidak serentak,
perlawanan dipimpin oleh pimpinan karismatik sehingga tidak ada yang
melanjutkan, sebelum masa 1908 perlawanan menggunakan kekerasan senjata, dan
para pejuang di adu domba oleh penjajah.
Perjuangan bangsa
Indonesia setelah tahun 1908:
– Perjuangan
dilakukan dengan menggunakan organisasi, bukan menggunakan kekerasan.
– Para pemimpin
berasal dari kaum intelektual, bukan raja atau sultan.
– Rasa persatuan
dan kebangsaan sudah mulai tumbuh. Perjuangan tidak bersifat kedaerahan lagi.
Keberadaan Budi
Utomo tidak bisa dilepaskan dengan adanya politik etis dari pemerintah kolonial
Belanda. Program Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) mampu mengatasi kekosongan kas
Belanda. Orang Indonesia berjasa dalam pemulihan perekonomian negeri Belanda.
Van Deventer berpendapat jika kebaikan budi harus dibayarkan kembali derngan
peningkatan kesejahteraan rakyat. Salah satu dari balas budi tersebut melalui
edukasi atau pendidikan.
Pemerintah
Belanda membuat program politik etis khususnya dalam bidang edukasi. Adanya
politik etis dalam bidang edukasi bermunculan kaum intelektual pribumi. Kaum
intelektual inilah yang menjadikan adanya pembaharuan dalam mewujudkan
cita-cita kebangsaan yang direalisasikan melalui bentuk pergerakan modern yang
disebut sebagai pergerakan nasional.
Dalam penerapan
politik etis terkandung di dalamnya usaha memajukan pengajaran dan pendidikan
bagi generasi muda di Indonesia. Salah satu kendala dalam memajukan bidang
pendidikan karena terbatasnya anggaran dana. Hal ini menimbulkan keprihatinan
bagi dr.Wahidin Sudirohusodo sehingga melakukan kegiatan menghimpun dana dengan
melakukan propaganda berkeliling di Jawa tahun 1906.
Dr. Wahidin
Sudirohusodo (1857-1917) merupakan pembangkit semangat organisasi Budi Utomo.
Sebagai lulusan sekolah dokter Jawa di Weltvreden (sesudah tahun 1900 dinamakan
STOVIA), ia merupakan salah satu tokoh intelektual yang berusaha memperjuangkan
nasib bangsanya. Pada tahun 1901 dr. Wahidin Sudirohusodo menjadi direktur
majalah Retnodhoemilah (Ratna yang berkilauan) yang diterbitkan dalam bahasa
Jawa dan Melayu, yang dikhususkan untuk kalangan priyayi.
Hal ini
mencerminkan perhatian seorang priyayi terhadap masalah-masalah dan status
golongan priyayi itu sendiri. Ia juga berusaha memperbaiki masyarakat Jawa
melalui pendidikan Barat. Ia juga berusaha memperbaiki masyarakat Jawa melalui
pendidikan barat. Beliau menghimpun beasiswa agar dapat memberikan pendidikan
modern atau barat kepada golongan priyayi Jawa dengan mendirikan Studie Fonds
atau Yayasan Beasiswa.
Ide dr. Wahidin
Sudirohusodo selanjutnya menarik perhatian seorang mahasiswa School tot
Opleiding voor Inlandsche Arsten (STOVIA) bernama Sutomo. Akhirnya Sutomo
mendirikan sebuah organisasi yang bernama Budi Utomo. Budi Utomo merupakan
organisasi modern pertama kali di Indonesia yang didirikan pada tanggal 20 Mei
1908. Corak baru yang diperkenalkan Budi Utomo adalah kesadaran lokal yang
diformulasikan dalam wadah organisasi modern dalam arti bahwa organisasi ini
mempunyai pemimpin, ideologi yang jelas, dan anggota.
Namun tidak semua
golongan priyayi mendukung berdirinya Budi Utomo tersebut. Hal ini disebabkan
kaum priyayi birokrasi dari golongan ningrat atau aristikrat mengadakan reaksi
jika gerakan tersebut mengancam kedudukan kaum aristokrasi yang menginginkan
situasi status quo, yaitu keadaan yang dapat menjamin kepentingan mereka.
Gerakan kaum terpelajar tersebut akan membawa perubahan dalam struktur sosial
sehingga kaum intelektual akan mengurangi ruang lingkup kekuasaan elite
birokrasi. Meskipun kaum intelektual pada masa awal pergerakan nasional
didominasi kaum priyayi, namun Budi Utomo dapatmembahayakan kedudukan kaum
feodal konservatif terkait status sosialnya.
Program utama
dari Budi Utomo adalah mengusahakan perbaikan pendidikan dan pengajaran. Programnya
lebih bersifat sosial disebabkan saat itu belum dimungkinkan didirikannya
organisasi politik karena adanya aturan yang ketat dari pihak pemerintah Hindia
Belanda. Disamping itu, pemerintah Hindia Belanda sedang melaksanakan program
edukasi dari politik ethis sehingga terdapat kesesuaian kedua program. Budi
Utomo merupakan organisasi pelajar dengan para pelajar STOVIA sebagai intinya
dengan gerakan awal jangkauannya hanya terbatas pada Jawa dan Madura.
Jangkauan wilayah
yang terbatas ini, menjadikan Budi Utomo dianggap sebagai organisasi yang
bersifat kedaerahan, karena salah satu programnya berbunyi ” de harmonische
ontwikkeling van land en volk van Jawa en Madura” (kemajuan yang harmonis bagi
nusa Jawa dan Madura). Dengan demikian, mencerminkan kesatuan administrasi
kedua pulau tersebut yang mencakup juga masyarakat Sunda yang kebudayaannya
mempunyai kaitan dengan Jawa meski yang dipakai sebagai bahasa resmi organisasi
adalah bahasa Melayu. Budi Utomo tidak langsung terjun dalam lapangan politik
praktis karena dalaam rangka strategi dan menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi pada waktu itu sehingga Budi Utomo lebih berorientasi kultural.
Pada tanggal 5
Oktober 1908, Budi Utomo mengadakan konggresnya yang pertama di Yogyakarta.
Konggres ini berhasil menetapkan tujuan organisasi yaitu; Kemajuan yang
harmonis antara bangsa dan negara, terutama dalam memajukan pengajaran,
pertanian, peternakan dan dagang, tehnik, industri serta kebudayaan. Sebagai
ketua Pengurus Besar yang pertama terpilih R.T Tirtokusumo, Bupati Karanganyar
sedangkan anggota-anggota Pengurus Besar pada umumnya pegawai pemerintahan atau
mantan pegawai pemerintahan dengan pusat organisasi berada di Yogyakarta.
Pengurus hasil
konggres ini merupakan dewan pimpinan yang didominasi oleh para pejabat
generasi tua yang mendukung pendidikan yang semakin luas dikalangan priyayi dan
mendorong pengusaha Jawa. Setelah cita-cita Budi Utomo mendapat dukungan
semakin luas dikalangan cendekiawan Jawa maka para pelajar tersebut memberi
kesempatan kepada golongan tua untuk memegang peranan yang lebih besar bagi
gerakan ini. Ini dibuktikan dengan terpilihnya golongan tua sebagai pengurus
dalam konggres Budi Utomo I di Yogyakarta. Ketua terpilih R.T Tirtokusumo,
sebagai seorang bupati lebih memperhatikan reaksi dari pemerintah kolonial
Belanda dibanding reaksi dari warga pribumi.
Sebelumnya
terjadi persaingan daalam kongres itu, disebabkan terdapat kelompok minoritas
yang dipimpin dr.Cipto Mangunkusumo yang berusaha memperjuangan Budi Utomo
berubah menjadi partai politik yang berjuang untuk mengangkat rakyast pada
umumnya tidak terbatas hanya golongan priyayi dan kegiatannya meliputi seluruh
Indonesiaa, tidak hanya Jawa dan Madura saja. Namun, pandangan dr. Cipto
Mangunkusumo gagal mendapat dukungan bahkan pada tahun 1909, beliau
mengundurkan diri dari Budi Utomo dan kemudian bergabung dengan Indische
Partij.
Asas dan tujuan
Budi Utomo adalah menyadarkan kedudukan Bangsa Jawa, Sunda, dan Madura pada
diri sendiri dan berusaha mempertinggi akan kemajuan mata pencaharian serta
penghidupan Bangsa disertai dengan jalan memperdalam keseniaan dan kebudayaan.
Selain tujuannya yang lain adalah menjamin kehidupan sebagai Bangsa yang
terhormat dengan menitik beratkan pada soal pendidikan, pengajaran, dan
kebudayaan atau secara samar-samar menyebutkan kemajuan bagi Bangsa Hindia
dimana jangkuan geraknya terbatas pada Jawa dan Madura serta baru meluas untuk
penduduk Hindia seluruhnya dengan tidak memperhatikan perbedaan keturunan,
kelamin, dan agama.
Jika dicermati
dari pernyataan tersebut, maka secara tersirat nampak pada Budi Utomo yakni
kehormatan Bangsa. Bangsa yang terhormat adalah Bangsa yang memiliki derajat
yang sama dengan Bangsa lain. Karena Bangsa Indonesia pada waktu itu tidak
terhormat karena dijajah Belanda. Pada tahun 1928 Budi Utomo menambahkan suatu
asas perjuangan yaitu “ikut berusaha melaksanakan cita-cita Bangsa Indonesia”.
Sungguh suatu langkah maju, karena waktu itu gelora persatuan telah
berkumandang di udara pergerakan kita. Disitu nampak bahwa Budi Utomo sedang
berusaha memperluas ruang geraknya.
Tidak hanya
menuju kehidupan harmonis bagi Jawa dan Madura tetapi lebih luas lagi yakni
bagi persatuan Indonesia. Walaupun pada awalnya Budi Utomo tidak berperan
sebagai organisasi politik, namun dalam perjalanannya Budi Utomo berubah haluan
ke arah politik. Hal ini terbukti pada tahun 1915 Budi Utomo ikut aktif dalam
“Inlandsche Militie” dan waktu Volksraad dibentuk. Budi Utomo juga tergabung
dalam “Radicale Concentratic” yakni persatuan aliran-aliran yang dicap kiri
dalam Volksraad. Hal tersebut berdampak dikuranginya anggaran pendidikan Budi
Utomo secara drastis oleh pemerintah.
Situasi ini
berakibat terjadinya perpecahan antara golongan radikal dan moderat di Budi
Utomo. Pada tahun 1924, dr.Sutomo yang tidak puas dengan Budi Utomo mendirikan
Indonesische Studieclub di Surabaya. Penyebabnya adalah asas kebangsaan Jawa
dari Budi Utomo sudah tidak relevan dengan perkembangan rasa kebangsaan yang
menuju pada sifat nasional. Indonesische Studieclub pada perkembangannya
menjadi Persatuan Bangsa Indonesia. Pada tahun 1927, Budi Utomo masuk dalam
PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia) yang
dipelopori Ir.Sukarno.
Meskipun
demikian, Budi Utomo tetap eksis dengan asas kooperatifnya. Pada tahun 1928,
Budi Utomo menambah asas perjuangannya yaitu: medewerking tot de
verwezenlijking van de Indonesischeeenheidsgedachte (ikut berusaha untuk
melaksanakan cita-cita persatuan Indonesia). Hal ini sebagai isyarat Budi Utomo
menuju kehidupan yang lebih luas tidak hanya jawa dan Madura, namun meliputi
seluruh Indonesia. Usaha ini diteruskan dengan mengadakan fusi (bergabung)
dengan PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) pimpinan dr. Sutomo. Fusi ini terjadi
pada tahun 1935, hasil fusi melahirkan Parindra (Partai Indonesia Raya),
sehingga berakhirlah riwayat Budi Utomo sebagai organisasi pergerakan pertama
di Indonesia.
Comments
Post a Comment